Jumat, 16 November 2012

FILUM PLATYHELMINTHES


A.    Definisi dan Karakteristik
Platyhelminthes merupakan gabungan dua kata yang berasal dari bahasa yunani,yaitu platy = pipih dan helminthes = cacing. Platyhelminthes atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata. Plathyhelminthes di kelompokkan ke dalam:

·         Domain : Eukarya
·         Kingdom : Animalia
·         Subkingdom : Eumetazoa
·         Super phylum : Platyzoa
·         Phylum : Platyhelminthes

Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm,mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara dorsoventral. Platyheminthes tidak memiliki rongga tubuh (aselom), sehingga mereka disebut hewan aselomata. Tubuhnya tidak bersegmen-segmen.
Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yangtampak mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang 25 meter (Taeniarhynchus saginatus).
Sebagian besar cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna cokelat, abu-abu, hitam,atau berwarna cerah.
Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak jelas pada kelas Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada kelas Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel danmelekat, misalnya ‘oral sucker’ dan ‘ventral sucker’ pada Trematoda.

B.     Morfologi dan Anatomi secara Umum
Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang bentuknya pipih memanjang, pita,hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa millimeter hingga berukuran panjang belasan meter.
Tubuh tertutup oleh lapisan epidermis bersilia, yang tersusun oleh sel-sel sinsitium dan sebagian mengandung mikrofili. Sementara pada Trematoda dan Cestoda parasit tidak memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh kutikula. Kerangka luar dan dalam sama sekali tidak ada sehingga tubuhnya lunak. Bagian yang keras hanya diketemukan pada kutikula, duri, dan gigi pencengkeram. Hewan ini tidak mempunyai rongga tubuh (acoela). Ruangan-ruangan di dalam tubuh yang ada di antara berbagai organ terisi dengan mesenkim atau yang biasa disebut parenkima. Sistem digesti sama sekali tidak ada pada Acoela dan cacing pita, tetapi pada cacing pipih yang lain mempunyai mulut, faring, dan usus buntu. Sistem respirasi dan sirkulasi juga tidak ada
Sistem respirasi terdiri dari satu atau sepasang protonefridia dengan sel api. Sistem saraf primitive. Sistem saraf utama terdiri dari sepasang ganglia serebral atau otak dan 1-3 pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan yanglain oleh komisura saraf transversal. Tipe sistem saraf seperti ini disebut sistem saraf  tangga tali organ-organ sensori umum dijumpai pada Turbellaria, tetapi pada hewan yang parasit organ tersebut mereduksi. Reseptor kimia dan peraba pada umumnya berbentuk lubang atau lekukan yang bersilia.
Alat kelaminnya tidak terpisah ( hermaprodit ). Sistem perkembangbiakan pada kebanyakan cacing pipih sangat berkembang dan kompleks. Reproduksi aseksual dengan cara memotong tubuh dialami oleh sebagian besar anggota Turbellaria air tawar. Pada kebanyakan cacing pipih telurnya tidak memiliki kuning telur, tetapi dilengkapi dengan ‘sell yolk khusus’ yang tertutup oleh cangkok telur.
      Pembuahan silang sering terjadi pada Trematoda, dan pembuahan sendiri terjadi pada Cestoda. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Siklus hidup sangat rumit dan melibatkan satu atau banyak inang. Pada Trematoda dan cacing pita sering terjadi parthenogenesis dan poliembrioni. Beberapa jenis cacing pita berkembang biak dengan membentuk kuncup endogen. Cacing pipih ada yang hidup bebas, dan ada yang sebagai endoparasit atau ektoparasit.


C.     Fisiologi secara Umum
1.      Sistem pencernaan
 Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastro vaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkandari tubuhnya melalui proses difusi.
2.      Sistem syaraf 
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih
·         Sistem syaraf  tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana.
·         Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang.
·         Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagiankiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
·         Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyaldari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan selasosiasi (perantara).
3.      Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacingpipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia.Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusimelalui dinding sel.
4.      Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dansecara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.






D.    Klasifikasi
Berdasarkan struktur tubuhnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 4 kelas yaitu:         1. Kelas Turbellaria
2. Kelas Trematoda
3. Kelas Cestoda
4. Kelas Monogenea

E.     Aspek Biologi Berdasarkan Tiap-tiap Kelas1.

  1. Turbellaria (Cacing berambut getar)
Salah satu contoh dari kelas Turbellaria adalah ‘Dugesia trigina’  atau‘Planaria sp’.
Taksonomi planaria sp :
  • Domain : Eukarya 
  • Kingdom : Animalia
  • Subkingdom : Eumetazoa
  • Super phylum : Platyzoa
  • Phylum : Platyhelminthes
  • Kelas : Turbellaria
  • Ordo : Seriata
  • Subordo : Tricladida
  • Famili : Planariidae
  • Genus : Dugesia
  • Spesies : Dugesia tigrina

*      Morfologi dan Anatomi
Turbellaria adalah Platyhelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lendir pada waktu merayap. Dibawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar dan meliuk-liuk. Panjang tubuh sekitar 0,1 - 600 mm. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia atau Planaria. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel yang berfungsi saatmencari makanan.
*      Fisiologi
Platyhelminthes belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Pernapasan dilakukan oleh seluruh tubuh platyhelmintes. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.
*      Sistem Pencernaan
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagike bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada   saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkanmelalui mulut.Peredaran makanan tidak melalui darah tetapi melalui usus. Sistempencernaannya dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Dibelakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan keseluruh tubuh.
Gambar . Susunan saluran pencernaan
Planaria
Sistem Ekskresi
*      Sistem ekskresi
pada Platyhelminthes terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api ( flame cell )
 
Gambar a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)

*      Sistem Saraf 
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak dibagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh
Gambar. Sistem Saraf Planaria


*      Sistem Reproduksi
     Reproduksi pada Platyhelminthes seperti Planaria dapat secara aseksual dansecara seksual. Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelaminpada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis.
Gambar. Sistem Reproduksi Seksual Planaria

Reproduksi aseksual (vegetatif) pada Planaria yaitu dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh.

 
Gambar. Reproduksi Aseksual Planaria


a.secara horizontal  b.secara vertikal
  1. Trematoda (Cacing isap)
Salah satu contoh dari kelas Trematoda adalah fasciola hepatica Taksonomi Fasciola hepatica:
·  Domain : Eukarya
·  Kingdom : Animalia
·  Subkingdom : Eumetazoa
·  Super phylum : Platyzoa 
·  Phylum : Platyhelminthes
·  Kelas : Trematoda
·  Ordo : Dignea
·  Subordo : Echinostomida
·  Famili : Fasciolidae
·  Genus : Fasciola
·  Spesies : Fasciola hepatica




*      Morfologi dan Anatomi
Trematoda disebut cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap dibagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil makanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Tubuh berbentuk seperti daun dengan panjang sampai 30 m. Tubuh tertutup kutikula yang resisten (modifikasi dari epidermis). Mulut dibatasi oleh batil pengisap anterior yang berbentuk sebagai diskus dari bersifat musculer dan dilengkapi gigi kitin. Mempunyai batil pengisap ventralis sebagai pelekat. Terdapat porus genitalis diantara batil pengisap anterior dan posterior. Di ujung posterior tubuh ada porusekskretorius. Bersifat endoparasit.


Salah satu contoh trematoda adalah Fasciola hepatica. Fasciola hepatica memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara.

*      Fisiologi
Contoh dari kelas ini adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esophagus bercabangdua, yang kemudian beranting-ranting banyak. Saluran pencernaannya adalahruang gastrofaskular. Sistem ekskresi dimulai dari sel-sel nyala (penyembur) terus ke saluranekskresi longitudinal dan bermuara dibagian posterior. Sistem saraf berupa systemsaraf pada Planaria.
Trematoda disebut cacing isap karena memiliki alat penghisap (batil isap) dibagian (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel padatubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil makanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Fasciola hepatica memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang.Inang utama dan inang perantara.
 
Gambar. Sistem Reproduksi Fasciola hepatica


Sistem reproduksinya, cacing ini bersifat hermafrodit. Cacing dewasa bertelur dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur ini keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu memasuki  tubuh siput air tawar. Dalam tubuh siput, mirasidum berubah menjadi sporokista.Dengan cara paedogenesis, maka dalam tubuh sporokista terbentuk banyak redia. Redia kemudian dari tubuh sporokista. Dengan cara paedagogis pula dalam tubuhredia terbentuk banyak serkaria yang berekor. Serkaria keluar dari tubuh redia,berenang, dan menempel pada tumbuhan air dan menjadi kista.
                       Gambar. Siklus Hidup Fasciola hepatica

Sapi atau domba tertular cacing hati umumnya karena makan rumput dan tumbuhan air lainnya yang mengandung kista tersebut. Rumput yang tumbuh ditepi sungai atau rawa dan danau banyak mengandung kista tersebut.

  1. Cestoda (Cacing pita)
Salah satu contoh dari kelas Cestoda adalah Taenia solium. Taksonomi Taenia solium :
·         Domain : Eukarya
·         Kingdom : Animalia
·         Subkingdom : Eumetazoa
·         Super phylum: Platyzoa
·         Phylum : Platyhelminthes 
·         Kelas : Cestoda 
·         Ordo : cyclophyllidea
·         Famili : taenioidea
·         Genus : Taenia
·         Spesies : Taenia solium



*      Morfologi dan Anatomi
Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pitayang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Di bagian belakan skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan danbetina. Skoleks kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4 batil.
Tubuh atau strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang disebut proglotid. Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk mangkuk dan berdiameter kurang lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum masak adalahkecil dan lebih besar dari pada panjangnya, segmen-segmen atau proglotid yangsudah masak kira-kira berjarak 1 meter dari skoleks dan berbentuk bujur sangkar, segmen-segmen di bagian ujung posterior yang telah gravid mencapai panjangkurang lebih 12 mm. Inang utama cacing cestoda dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda parasit dan menghisap sari makanan pada usus halus ingangnya.

*      Fisiologi
Cestoda adalah hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah Taenia solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel kelamin jantan dan betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglottid dari strobila yang berbeda. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh satu ekor cacing dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah proglottid yang dapat mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari 10 m.
 
Gambar. Sistem Reproduksi Taenia solium

 Telur yang terbawah oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas dan membentuk Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas. Copepoda yang ada diperairan kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang berubah menjadi procercoid. Procercoid termakan oleh ikan bersama Copepoda danberubah menjadi Plerocercoid. Apabila ikan ini termakan oleh manusia atau hewan yang memungkinkan Cestoda tersebut dapat hidup, seperti ikan yang tidak dimasak atau setengah matang sehingga larva cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda akan menjadi dewasa dan siklus akan berlanjut. Jika ikan tersebut dimakan oleh ikan lain maka parasit tersebut pindah dan dapat hidup pada ikan tersebut tetapi tidak mengalami perkembangan. Sehingga ikan tersebut berfungsi sebagai paratenic host (inang transport).
  1. Monogenea
v  Morfologi dan Anatomi
ü    Cacing dewasa berukuran 0,2 ± 0,5 mm
ü Memiliki alat penempel posterior yang disebut opistaptor yang dilengkapi duri, kait, jangkar atau alat penghisap
ü Adakalanya di sekitar mulut juga terdapat alat penghisap
ü Monogenea merupakan ektoparasit yang menempel pada permukaan tubuh, sirip, rongga mulut, dan insang

Monogenea merupakan kelas baru dalam filum Platyhelminthes, maka belumdiketahui jelas fisiologi hewan tersebut.

F.      Distribusi ( Pola Penyebaran )
Hewan-hewan yang tergolong kelas Turbellaria umumnya hidup bebas di alam.Hewan-hewan itu hidup di lingkungan berair. Contoh yang banyak dijumpai adalah Dugesia (Planaria). Dugesia dapat dijumpai di lingkungan air tawar, yaitu kolam,danau, mata air, dan lain-lain. Hewan ini suka berlindung di bawah bebatuan, daun,batang kayu tumbang, atau berbagai macam substrat. Hewan itu dalam perairan tidak mudah tampak, kecuali jika sedang bergerak. Hal ini disebabkan oleh ukurantubuhnya yang kecil, pipih, warnanya gelap. Dugesia tersebar di seluruh dunia, kebanyakan di tempat lembab, tropic, dan subtropik.
Cacing pipih yang tergolong Trematoda kebanyakan bersifat parasit, yangmembutuhkan beberapa macam inang untuk kelangsungan hidupnya. Cacingdewasanya hidup pada hewan vertebrata sebagai inang definitive, tetapi setiap jeniscacing mempunyai inang yang khas. Misalnya Fasciola hepatica hidup pada ternak mamalia, Schistoma avier  hidup pada unggas, Schistoma haematobium hidup didalam darah manusia, Polystoma integerrinum hidup pada kantung kemih katak, Gyrodactyllus hidup pada ikan. Sementara larvanya ada yang hidup bebas dan adayang hidup di dalam inang perantara berupa hewan-hewan avertebrata.
Anggota cacing Cestoda kebanyakan hidup parasit. Cacing dewasa dan larvanyahidup pada inang yang berbeda, tetapi semuanya termasuk hewan vertebrata. Sebagai contoh, Taenia solium dewasa hidup pada usus manusia, larvanya yang berupa cacing gelembung (sistiserkus selulosae) hidup dalam otot babi.
Hewan pada kelas Monogenea juga bersifat parasit. Kebanyakan ektoparasit padavertebrata, biasanya pada ikan dan beberapa pada kura-kura, katak, jenis cumi-cumi.Satu bentuk siklus hidup hanya pada satu inang.

G.    Manfaat dan Kerugian dalam Kehidupan
*       Manfaat Platyhelminthes dalam Kehidupan‡ 
·     Dengan hadirnya Filum ini,maka semakin bertambah dan bervariasi  
   biodervitas animalia di Indonesia.
·      Salah saru kelas turbellaria, yakni Planaria sp digunakan sebagai indikator air bersih.‡
·      Planaria sp dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan.‡
·      Platyhelminthes sebagai indikator biologi atau dengan kata lain sebagai alatpercobaan bagi para ilmuan.

*       Kerugian Platyhelminthes dalam Kehidupan
Pada umumnya, platyhelminthes adalah sebagai parasit pada manusia maupun hewan. Diantaranya adalah:
1.      Fasciola hepatica (cacing hati ternak), menyebabkan Fascioliasis.
2.      Clonorchis sinensis / opistorchis sinensis (cacing hati manusia), menyebabkanClonorchiasis.
3.      Schistosoma japanicum, schistosoma haematobium, dan Schistosoma mansoni, merupakan parasit darah dan menyebabkan Schistosomiasis.
4.      Paragonimus westermani (cacing paru), menyebabkan Paragonimiasis.
5.      Fasciolopsis buski, hidup dalam usus halus dan menyebabkan Fasciolopsiasis.
6.      Taenia solium (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis solium.
7.      Taenia saginata (cacing pita manusia), menyebabkan Taeniasis saginata.
8.      Diphyllobothrium latum, menyebabkan Diphyllobothriasis.
9.      Echinococcus granulosus (cacing pita pada anjing)
10.  Himenolepis, yaitu cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus.

Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapacara, antara lain:
ü  Memutuskan daur hidupnya
ü  Menghindari infeksi dari larva cacing
ü  Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidupsehat),dan
ü  Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai matang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar